oleh : Candralini, S.Pd
Selama hampir dua puluh tahun menjadi guru matematika, sebagian besar siswa yang ditanya selalu menjawab bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit. Dari tahun ke tahun kesimpulan itu tidak berubah. Matematika masih menjadi momok yang paling menakutkan di dunia anak sekolah. Perhitungan yang rumit, penyelesaian yang panjang dan rumus yang kompleks adalah beberapa alasan dari berpalingnya mereka dari matematika.
Namun dibalik itu semua, pernah kah kita penasaran akan perkembangan matematika dari abad sebelum masehi hingga kini bisa sampai ke tangan kita? Sehingga bisa sedikit memupuk rasa antusias terhadap pelajaran matematika.
Matematika adalah salah satu cabang ilmu tertua di dunia yang tidak pernah surut perkembangannya. Dari abad 1890 sebelum masehi dimana kuno Lembar matematika pertama ditemukan di Mesir. Disusul dengan ditemukannya lembar matematika kuno di Babilonia pada abad 1900. Namun masih berkembang pada teorema pythagoras semata yang mengiringi ilmu matematika pertama, yaitu konsep bilangan dan bangun yang sudah lebih dahulu berkembang.
Sejak saat itu, dunia matematika mengalami perkembangan pesat. Peletakan perkembangan matematika setelah ilmu pythagoras berkembangan di dua cabang keilmuan, yaitu aritmatika dasar dan bidang geometri.
Bangsa Yunani juga banyak memberikan sumbangsih besar dalam perkembangan matematka. Kata matematika sendiri juga disumbangkan dari bahasa Yunani, yaitu Mathema yang artinya adalah mata pelajaran. Karena bangsa Yunani adalah pelopor dalam memberikan perkembangan keilmuan dan perluasan pokok bahasan matematika.
Seiring dengan kemajuan zaman. Masing-masing negara juga memberikan sumbangsih dengan keunikan masing-masing. Seperti bangsa China yang memberikan sumbangsih dalam matematika. Jika melihat betapa hebatnya perkembangan matematika di masa lalu, maka seharusnya matematika bisa jauh lebih berkembang di era digital saat ini. Karena matematika adalah bahan bakarnya teknologi dan ilmu sains.
Saat ini, kita sudah memasuki era 5.0. yang artinya adalah era di mana terjadinya penggabungan antara kemampuan manusia dan kecanggihan yang berbasis teknologi (Al dan Lot) untuk memenuhi dan menyelesaikan permasalahan sehari-hari baik di dunia maya dan di dunia nyata.
Konsep penggabungan antara kemampuan manusia dengan kecanggihan teknologi akan terjadi di semua lini kehidupan. Yang mengharuskan terjadinya konvergensi yang seimbang antara dunia maya dan dunia nyata. Bidang yang akan terintegrasi dalam pengaplikasian ini adalah bidang transportasi, distribusi barang dan jasa, medis, arsitektur, serta pertanian. Dan perlahan akan merambah ke semua sisi kehidupan manusia.
Jika demikian adanya. Maka masyarakat harus didorong dan dipaksa untuk berkembang dan beradaptasi sesuai dengan kemajuan teknologi yang tidak pernah menunggu kita untuk melakukan sesuatu. Jika bicara tentang masyarakat di masa depan maka kita pasti tidak lepas dari generasi muda yang memegang tonggak pembangunan di masa yang akan datang. Maka sudah seharusnya para generasi muda yang seharusnya berada di garda terdepan dalam menguasai dunia teknologi yang sangt erat kaitannya dengan matematika.
Bahan dasar dari teknologi secara tak kasat mata adalah matematika, sehingga matematika haruslah menjadi modal utama yang harus dikuasai oleh generasi saat, jika ingin dapat mengimbangi pesatnya perkembangan era 5.0.
Dalam kurikulum merdeka belajar, pemerintah secara tersirat mendesak bagaimana pola pikir siswa dapat diubah dari pola pikir sempit menjadi pola pikir kritis dan adaptif serta kompetitif. Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan agar pola pikir dapat berubah :
1. Berpikir kritis
Pola berpikir seperti ini adalah lazim dilakukan dalam proses pembelajaran matematika. Cara berpikir terstruktur, runut dan konsisten adalah kunci dalam menyelesaikan setiap persoalan matematika yang tentunya dapat juga diaplikasikan dalam mengambil keputusan sehari-hari. Hal ini juga berdampak pada perubahan karakter siswa yang ulet, disiplin. Ini adalah modal utama dalam persaingan di era 5.0
2. Kreatif
Perkembangan dan pertumbuhan kreativitas generasi muda yang muncul saat ini sudah dapat dikatakan pada tahap berhasil. Munculnya berbagai konten kreator di berbagai bidang di sosial media saat ini adalah pertanda bahwa generasi saat ini sudah memiliki kreativitas yang mumpuni untuk dapat bersaing dengan lajunya kecanggihan teknologi. Dengan adanya pembelajaran merdeka yang lebih menekankan pada keaktifan siswa, hal ini dapat menggali kreativitas siswa tanpa harus dibelenggu oleh aturan-aturan kurikulum dan frame pembelajaran konvensional, yang membatasi ruang gerak siswa dalam berpikir. Tentu saja kreativitas ini harus tetap diarahkan agar tidak keluar dari jalur norma susila dan kesopanan. Kreativitas memang tak seharusnya dibatasi oleh apa pun, namun misi dan misi pendidikan kita menuntut agar kita bergerak dalam bingkai norma serta dapat dipertanggungjawabkan.
3. Memiliki Resiliensi yang tinggi
Resiliensi adalah kemampuan naluri manusia untuk bangkit dari keterpurukan atas masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
Mengacu pada KBBI (kamus Besar Bahasa Indonesia), resiliensi adalah kemampuan untuk dapat beradaptasi dan tetap teguh dalam situasi sulit serta kemampuan sistem yang terpapar bahaya untuk melawan, menyerap, mengakomodasi, beradaptasi, mengubah, dan pulih dari efek bahaya secara efisien dan tepat waktu. Karakter ini sejaln dengan tipikal dalam penyelesaian permasalahan matematika. Sehingga dapat dikatakan bahwa resiliensi erat kaitannya dengan dunia matematika.
Ketiga hal tersebut dapat dilatih dalam pembelajaran matematika. Sifat ilmu matematika yang butuh sikap kritis, kreatif dan memiliki resiliensi dalam penyelesaian setiap langkah persoalannya sangat membantu terbentuknya karakter generasi milenial. Matematika memegang peranan penting dan berpartisipasi secara penuh dalam upaya menggali sifat kritis generasi muda.
Belajar matematika juga belajar untuk mampu menyelesaikan setiap permasalahan dalam setiap fase kehidupan. Hal ini sehaluan dengan tujuan pendidikan dalam kurikulum merdeka yang mengarahkan siswa untuk dapat memecahkan suatu masalah dengan kemampuan logika, penjabaran, pertimbangan serta interpretasi. sifat pembelajaran matematika yang menuntut sifat kritis juga akan mengurangi dan membatasi adanya kesalahan dalam pengambilan keputusan, sehingga dapat melahirkan keputusan yang akurat.
Dalam pelaksanaan ujian PISA yang diprakarsai oleh beberapa negara juga menuntut siswa untuk dapat menafsir, menalar dan mengukur secara akurat dalam setiap soal-soal yang diberikan. Artinya adalah secara global, penguasaan akan matematika juga dibutuhkan dalam rangka bersaing secara lebih luas dalam tataran dunia.
Oleh karena itu, matematika sudah seharusnya mendarah daging dalam setiap gerak generasi muda dan tidak lagi menjadi momok yang menakutkan sehingga dapat bersaing dengan para generasi muda di belahan bumi mana pun.